Tentu saja bukan! Analisa sidik jari tidaklah melakukan pembacaan atas masa depan seseorang, melainkan justru masa lalunya, yakni bacaan bentukan faktor genetis seseorang sejak dia berada dalam kandungan. Hasil analisa sidik jari tidaklah mendakwa sukses atau tidak suksesnya seseorang, karena hal tersebut sangatlah terpengaruhi oleh pola pengasuhan dan pembentukan diri dari lingkungan, upaya mandiri untuk menggembleng diri, dan lain sebagainya. Apa yang disediakan oleh analisa sidik jari JaPo adalah informasi untuk dijadikan dasar penggemblengan itu.


Sehingga lebih tepatnya, JaPo merupakan metode “pembacaan”, yakni pembacaan potensi seseorang. Dari hasil bacaan kita bisa mengatakan semisal seperti ini: “Berdasarkan hasil bacaanmu yang menyatakan bahwa dirimu adalah pembelajar kinestetik, maka kamu akan berpotensi sukses manakala kamu belajar dengan cara mengalami dan berinteraksi, dst dst…” Kita tidaklah meramal masa depan yang bersangkutan, namun kita tunjukkan betapa potensi dia untuk sukses jadi amat besar secara signifikan manakala dia menggunakan informasi analisa potensi dia di saat ini untuk membangun masa depannya. Namun apakah dia bisa sukses? Belum tentu.


JaPo bukanlah ramalan nasib. JaPo melakukan identifikasi bakat genetis; namun untuk bisa sukses, faktornya sudah pasti bukan hanya dari bakat. Hasil analisa JaPo tidak lantas menunjukkan betapa seseorang nanti bisa menjadi cerdas, jujur, berbakti pada kedua orang tuanya, bertaqwa, dan sholeh. Itu adalah klaim yang sangat berlebihan :-)