Ilmu yang mempelajari tentang sidik jari disebut sebagai Dermatoglyphic (derma = kulit, glyphs = ukiran), suatu istilah yang dicetuskan oleh Harold Cummins, seorang professor bidang Microscopic Anatomy di Tulane University. Sidik jari telah digunakan sebagai cara untuk pengidentifikasian selama lebih dari 2000 tahun. Dalam rentang 150 tahun terakhir, dermatoglyphics telah menjadi alat yang bermanfaat untuk menjawab beragam pertanyaan di ranah biologi, pengobatan, antropologi, dan psikologi. Penelitian tentang analisa sidik jari untuk pengenalan bakat alami pada awalnya dimulai dari wilayah Asia (Cina, Korea, Thailand, Jepang, dan India) dan diikuti oleh Rusia dan Amerika.