Singkat kata: pada dasarnya tidak, karena hasil JaPo pada prinsipnya bersifat pribadi. Akan tetapi, bagi orang-orang yang sudah melalui norm-referenced standardized test, yang pada intinya untuk menyaring atau mengelompokkan orang-orang dalam kualifikasi yang serupa/sepadan, maka komparasi antar orang dapatlah dilakukan. 


Perlu dipahami, bahwa pada dasarnya analisa JaPo berbicara tentang komparasi talenta kompetensi Anda dengan talenta kompetensi Anda yang lain. 


Analisa JaPo dapat mengungkap apakah tendensi seseorang dalam menjalani bakat A lebih baik daripada bakat B dan lainnya. Namun pada dasarnya analisa JaPo tidaklah mengukur seberapa tinggi tepatnya kadar kemampuan bakat A satu orang relatif dibanding dengan bakat A dari orang yang berbeda. Analisa JaPo mampu mengidentifikasi bahwa bakat Interpersonal seorang X memiliki skor 26,54% relatif dibanding dengan bakat Spasial, Bahasa, Logika, dan lainnya; atau dengan kata lain dibandingkan dengan bakat-bakat dirinya yang lain. Namun bahkan skor 26,54% seorang X tidak bisa dikatakan sama dengan 26,54% dari orang Y atau orang lainnya. Ini mengingat analisa JaPo membandingkan kepemilikan bakat seseorang dengan bakat lain dari orang bersangkutan (orang yang sama), sementara kapasitas setiap orang berbeda. 




Gambar di atas menunjukkan analogi di mana kadar dari zat Y pada gelas A dan B adalah sama, yakni 19,68%. Namun mengingat kedua gelas memiliki kapasitas tampung atau volume isi yang berbeda, maka jumlah mililiter riilnya pasti berbeda. Agar bisa diperbandingkan, maka terlebih dahulu harus terdapat penyaringan berdasarkan volume isi gelas. 


Sama halnya dengan analisa JaPo, ketika dua orang memiliki bacaan potensi logika dalam besaran yang sama, tidaklah lantas mengartikan keduanya memiliki kemampuan yang secara riil sama. Ini mengingat kapasitas setiap orang berbeda dan analisa JaPo tidaklah dimaksudkan untuk membaca kapasitas seseorang (semisal IQ). Apa yang bisa dikatakan oleh JaPo adalah “Orang ini memiliki potensi logika yang lebih besar tiga kali lipat dibanding potensi intrapersonalnya”. 




Dengan demikian, analisa JaPo tidaklah mengungkap kompetensi riil seseorang pada bidang amatan tertentu, melainkan tendensi dia untuk menjadi lebih hebat dan cepat melesat di bidang amatan bersangkutan. Skor analisa JaPo menunjukkan tendensi dan kompetensi potensial seseorang, bukan kompetensi aktual dari yang bersangkutan. Maka bila kita membaca identifikasi “Preferensi dan Kecocokan Peran” dalam contoh di atas, kita pahami bahwa yang bersangkutan memiliki tendensi dua kali lebih besar untuk bekerja di wilayah gagasan daripada bergerak di wilayah tindakan. Namun kita tidak mengukur kompetensi riil dari yang bersangkutan dalam hal bekerja dengan gagasan, semisal kemampuan dalam mendayagunakan tool pemecahan masalah seperti mindmap, fishbone, metode AHP, atau lainnya. Analisa sidik JaPo tidak mengukur tingkat penguasaan pengetahuan dan tingkat keterampilan yang didapat melalui proses belajar. 


Skor JaPo dapat diperbandingkan dengan orang lain, namun dalam interpretasi bagaimana seseorang lebih memiliki tendensi di bidang A dibanding di bidang B, C, dan lainnya. Senyampang kapasitas wadahnya belum “distandarkan”, maka hasil analisa JaPo tidak dapat diperbandingkan antar satu orang dengan orang lainnya.


Oleh karenanya, meskipun analisa JaPo dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan “Siapakah orang dengan rasio keberbakatan tertinggi di bidang A?”, namun analisa JaPo tidak dapat secara serta merta digunakan untuk menjawab pertanyaan “Siapakah yang betul-betul terbaik di antara peserta tes dalam hal bidang keberbakatan A?”. Pertanyaan terakhir ini tidak dapat dijawab oleh analisa JaPo manakala sejak awal kapasitas dan kompetensi aktual dari para peserta tes tidak berada dalam kelas yang sama. 


Perbandingan hasil analisa JaPo satu orang dengan orang lainnya hanya dapat dilakukan ketika sebelumnya telah diberlakukan norm-referenced standardized test. Dalam kasus ini, maka dapatlah dikatakan betapa satu orang lebih memiliki bakat lebih besar daripada orang yang lain, atau dengan kata lain bagaimanakah tingkat keberbakatan satu orang dibanding yang lain.