Singkat kata: Kita perlu pegang keduanya :-) Karena tes JaPo dan tes Psikologi memiliki fungsi dan tipikal manfaat yang berbeda, meskipun saling beririsan. Untuk ketahui aspek genetisnya saja, gunakan JaPo. Untuk ketahui aspek nurture —dalam beragam aspeknya— dan sebagian dari aspek genetis, gunakan Tes Psikologi. 


Analisa sidik jari JaPo tidaklah dimaksudkan untuk menggantikan psikotes karena masing-masingnya memiliki fungsi yang berbeda. 

  • Analisa sidik jari JaPo memotret personality traits bawaan dan talenta kompetensi genetis Anda. Dengan kata lain: sisi nature.
  • Analisa psikotes memotret kondisi Anda yang sekarang, berdasarkan bentukan lingkungan Anda


Apa berarti kita perlu masih menggunakan tes psikologi karena JaPo memiliki kekurangan dalam hal tidak mampu membaca aspek nurture?


Apakah bila sebuah penggaris tidak mampu mengukur temperatur udara, maka dapat dikatakan ketidakmampuan ini merupakan kekurangan penggaris? Mengingat peruntukan penggaris memang bukanlah untuk mengukur temperatur udara. Dalam hal ini, peruntukan JaPo adalah untuk mengidentifikasi sisi nature saja, dan tidak sisi yang nurture. 


Demikian juga, tes psikologi pada umumnya memiliki tantangan dalam memotret aspek yang bersifat nature. 

  • Kebanyakan tes psikologi sangat bergantung pada kemampuan berbahasa dan komunikasi sang subyek, sehingga bisa dibutuhkan intrepeter, atau bahkan menjadi tidak dimungkinkan untuk melakukan tes pada orang yang tidak berbahasa yang sama dengan sang tester, atau subyek yang semisal belum berkemampuan bahasa yang cukup. Sementara analisa JaPo tidak bergantung pada kemampuan berbahasa sang subyek sedemikian rupa juga bisa diterapkan untuk anak kecil dan bayi.
  • Tes psikologi bertipe self report inventories terkenal sangat rawan untuk dimanipulasi. Peserta tes seringkali dapat menebak ciri manakah yang terlihat pantas atau baik dan dapat jatuh pada kecenderungan yang “socially desireable”, terutama bila ada jabatan atau pekerjaan yang dipertaruhkan. Pertanyaan skala kebohongan yang didesain untuk menjebak orang-orang yang mencoba memanipulasi jawaban telah banyak digunakan untuk mengatasi masalah ini, namun bukti menunjukkan bahwa lie scales tidaklah cukup efektif. 
  • Sementara itu, tes sidik jari JaPo tidak akan mendapati masalah semacam demikian. Peserta tes sama sekali tidak memiliki kendali untuk memanipulasi hasil analisa sesuai preferensi mereka. Kesahihan analisa JaPo tidak bergantung pada kemampuan sang subyek dalam memahami bacaan dan termasuk tingkat kejujuran sang subyek. Analisa sidik jari tidak perlu didesain untuk mendeteksi ketidakjujuran sang subyek, mengatasi keengganan sang subyek dalam memberi tanggapan, atau kurangnya perhatian sang subyek selama tes berlangsung. Analisa sidik jari bahkan bisa diterapkan pada subyek yang sedang tidur sekalipun! 
  • Dalam tes psikologi, bilamana seluruh orang dites dalam kondisi yang persis sama (temperatur, pencahayaan, dsb) maka faktor-faktor lingkungan akan memberikan dampak yang sama kepada keseluruh peserta tes dan kita masih dapat mengandalkan kesahihan hasil tes. Meski faktor lingkungan dapat dikondisikan agar seragam bagi seluruh peserta tes, namun kondisi terkait peserta tes itu sendiri biasanya susah untuk diatur. Misalkan saja, pemberi tes tidak punya kendali terkait aktivitas apa yang dilakukan oleh si peserta tes pada malam hari sebelum tes psikologi dilangsungkan. Namun dalam analisa JaPo, seluruh faktor tersebut tidaklah berpengaruh. Artinya kesahihan hasil tes JaPo tidaklah terpengaruh oleh faktor lingkungan maupun kondisi emosi dan tingkat kebugaran fisik dari peserta bersangkutan.


Dengan demikian:


  • Jika kebutuhannya adalah untuk mengungkap modalitas belajar, temparemen dasar kepribadian, dan beragam bakat alami, maka gunakan JaPo (atau metode/instrumen lain yang mampu mengidentifikasi bakat genetis).
  • Jika kebutuhannya adalah untuk mengukur performa di saat sekarang, terlebih untuk aspek yang sifatnya spesifik (misal kemampuan menghadapi tekanan, dalam mengoperasikan alat tertentu, dalam melakukan tugas spesifik tertentu) maka tes psikologi merupakan pilihan yang lebih tepat. 


Termasuk bila maksudnya adalah untuk mengambil keputusan yang mempertimbangkan pengalaman kerja, pengetahuan dan keterampilan hasil pembelajaran, pembelajaran spesifik dari bidang keilmuan tertentu, maka sudah pasti penggunaan analisa JaPo justru menjadi tidak relevan sama sekali; tes psikologi lah yang lebih tepat untuk digunakan.