Singkat kata: ini menandakan adanya peluang pengembangan, yakni pada bakat alami yang belum terberdayakan, yakni di mana hasil di JaPo tinggi atau direkomendasikan, namun di psikotes rendah atau tidak direkomendasikan. 


Disamping pertanyaan, “Mengapa hasil identifikasi di JaPo berbeda dengan hasil psikotes saya?”; sebenarnya pertanyaan lain yang lumrahnya muncul adalah, “Mengapa hasil psikotes saya yang sekarang berbeda dengan hasil psikotes saya setahun yang lalu?” 


Bahkan tes ternama seperti MBTI memiliki issue dalam hal test-retest reliability (namun secara riil masih memberikan manfaat yang begitu besar). Jika demikian halnya, dengan hasil psikotes mana analisa JaPo tepatnya dibandingkan? Bagaimana kita bisa tahu hasil psikotes mana yang paling mencerminkan diri Anda?


Psikotes perlu kita pahami sebagai potret diri dan kompetensi Anda di saat tes dilangsungkan, dan tidak lantas mengartikan diri Anda yang sebenarnya, atau tidak lantas mengartikan diri Anda pada kisaran waktu yang berbeda. Tidak lantas ini merupakan cacat, karena esensi psikotes pada umumnya adalah membuat snapshot dari kondisi nurture (tempaan lingkungan) di saat tertentu. 


Sementara analisa JaPo mengindentifikasi tipikal dan talenta skill yang sifatnya bawaan. Maka jika kita hendak membandingkan —istilahnya secara apple to apple — maka kita hanya bisa membandingkan JaPo dengan psikotes yang betul-betul berfokus pada tipikal dan talenta skill yang sifatnya bawaan. 


Bahwa kevalidan hasil analisa sangat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman sang subyek terhadap maksud pertanyaan dan seberapa cukup (kaya) pengalaman masa lalu seseorang agar dapat disambungkan dengan opsi jawaban; kita kesampingkan perihal ini. Apa yang penting adalah apakah Anda telah merespon psikotes berdasarkan diri Anda yang sebenarnya, bukan yang Anda inginkan atau harapkan, atau bukan yang orang lain (misal orang tua Anda, komunitas Anda) harapkan atas diri Anda?


Jika dalam kondisi ideal sebuah psikotes ternyata hasil masih berbeda, maka di sini lah kita temukan kondisi di mana bakat alami Anda belum terselaras dengan penindaklanjutan dan pembentukan aspek nurture Anda. Maka kuncinya sekarang adalah, untuk hasil analisa yang teridentifikasi tinggi pada JaPo namun rendah pada psikotes, maka erahkan energi Anda untuk meningkatkan kompetensi tersebut. Itu adalah bakat alami Anda, yang mana bila Anda menggelutinya, Anda akan lebih mudah berkembang di sana, dan akan melesat lebih tinggi juga di sana. 


Atas identifikasi yang ditemukan rendah di JaPo namun tinggi di psikotes, Anda ajukan pertanyaan kepada diri sendiri, “Sungguhkah aku melakukan aktivitas terkait kompetensi ini berdasarkan motivasi yang sifatnya intrinsik (dari dalam diri) ataukah yang sifatnya ekstrinsik (misal pujian atau pengaguman dari orang lain, faktor finansial, ketenaran, prestise, dan semacamnya)? Jika Anda merasa bagus di bidang tersebut, maka ketahuilah, dengan menjalani bakat asli atau alami Anda, capaian Anda akan jadi lebih tinggi.